Melakukan kunjungan bersama komunitas Sahabat Heritage Indonesia (SHI) untuk pertama kalinya setelah hampir 2 tahun join tapi cuma diem-diem mantengin grup😆. Tujuannya adalah Kebumen.
Belum pernah terbesit untuk 'mau kesana' sih.. tapi berhubung Kebumen masih bagian dari pulau Jawa, yang mana pulau Jawa jadi target khatam travelling. Sebelum pulau-pulau lain, maunya sih khatam di pulau Jawa dulu, tapi kalo di kemudian hari ada kesempatan mengunjungi pulau-pulau lain di Indonesia, atau bahkan menjajaki negara orang sebelum khatam di pulau Jawa, sungguh aku ga akan pernah nolak!😅
Selain, karena berada di pulau Jawa. SHI ini adalah komunitas sejarah, dan aku senang sekali mempelajari sejarah. Meski jurusan kuliah, atau karir sekarang ga ada hubungannya ke sejarah sih, tapi tetep antusias bangett kalo bahas-bahas sejarah, jangan tanya pengetahuan sejarahku udah sampai mana, masih cetek🙈🙏, lanjut aja deh yaa kita mulai perjalanannya~
Jumat malam, 14 Juli 2023
Titik kumpul di Jl. Sumur Bandung, bis sudah menunggu. Iya banget hampir aja telat, masa pertama kali udah telat ya kan? setelah absen, aku langsung naik ke bis, belum kenal siapa-siapa, enggan melepas masker, dengan suara kecil wkwk, "maaf kursi ini kosong?" lantas ga ada jawaban, bukan sombong pasti tapi karena suaraku kecil. Mungkin kosong pikirku, duduklah aku disana, di kursi belakang dekat pintu belakang bis. Lalu tak lama, "maaf ini kursi saya" wkwk ku jawab dengan suara kecil sembari menunduk malu, "maaf yaa, dikirain kosong" lalu berjalan ke depan, ada kursi kosong di baris kedua dari depan, akhirnya duduk disitu. Lihat yang lain, disampingnya udah 'ada temen', aku masih sendirian, sibuk main hp, lantas ada bu Dwi namanya, duduk sebelahku.
Di awal perjalanan, bu Dwi menawarkan antimo katanya, "mau? biar tidur nyenyak". Aku dengan percaya diri bilang, "oh ngga bu, makasih" karena sungguh aku bukan tipe yang suka mabok perjalanan, jadi pikirku aman. Perjalanan ternyata melalui Jl. Gentong-Tasikmalaya, waw tau ga sih rasanya perut kaya dikocok-kocok? akhirnya ku kumpulkan keberanian, "ibu maaf, tadi nawarin antimo ya? boleh minta 1 ga bu?", bu Dwi lantas memberi, "ini neng, ga enak ya jalannya". Jawabku, "iya". Ku lalui perjalanan dengan tidur ayam (tidur tapi ga tidur wkw). Lalu, sampailah di perhentian pertama, bukan.. bukan Kebumen. Melainkan sampai di RM SR Rajapolah, Tasikmalaya. Iya, masih di Tasik, katanya bakso di RM SR ini enak jadilah melakukan pemberhentian pertama disana, sekalian istirahat sejenak. Karena masih efek antimo tadi, rasa-rasanya aku masih ngantuk berat, salah seorang bertanya, "ga turun? jajan gih cobain baksonya enak". Karena melihat yang lain pun turun, akhirnya ikut turun, ga ada keinginan buat jajan, akhirnya cari temen yang mau ke toilet. Beres, langsung diajak gabung dengan yang lainnya, "ayo ga kabita?", jawabku "ngga ah ci, sok aja" tapi beneran ga boong aroma kuah basonya sungguh enak, tapi bawaannya pengen balik tidur lagi di bis wkwkwk bener kata orang antimo itu emang obat tidur bukan obat anti mabok, karena kalo kita tidur, kan ga akan muntah/mabok😆.
30 menitan di SR Rajapolah, kami kembali naik ke bis, segera melanjutkan perjalanan menuju Kebumen. Tak terasa waktu subuh tiba, kami melipir ke masjid sebelum menuju ke tujuan pertama yaitu Roemah Martha Tilaar (RMT) yang ada di Gombong. Setelah shalat, cuci muka, gosok gigi, ganti baju kami segera naik bis lagi, berangkat menuju RMT di Gombong.
Sampai di Roemah Martha Tilaar, tepatnya masih di sebrang, terlihat cantik bangunannya, tak sabar ingin memotret dan terlebih kenal jauh terkait sejarahnya.
Coba cari aku...! btw, ini tepat di sebrang RMT, berikut yaa gambaran RMT dari halaman rumahnya.
Yap, terlihat kan cantik banget bentuk bangunannya? dibalut nuansa putih dan alami warna kayu, dalem hati auto bilang, "YaAllah mau rumah giniiii"😭 aamiinn dulu yaaa~ ngomong-ngomong soal Roemah Martha Tilaar, siapa sih yang gatau Martha Tilaar? kalo tentang sosoknya mungkin beberapa masih banyak yang belum tau, begitupun aku sebelum kesana. Tapi, untuk produknya udah pada familiar kali yaa? Nih deh aku kasih salah satu produk Martha Tilaar yang masih tenar sampe sekarang, iyap Sariayu. Kenal kan? kenal dong? Lantas kenapa bisa yaa sedari dulu mencetuskan atau membuat produk makeup? Mulanya gimana? Adakah keberkaitan dengan sejarah rumah ini? Cuss baca sampai akhir yaa🙇
Roemah Martha Tilaar ini dibangun tahun 1920-an oleh Liem Siauw Lam (Pak Silom), beliau adalah kakeknya Martha Tilaar yang berkebangsaan Tionghoa. Gaya bangunan rumah ini adalah Indische Empire (perpaduan antara Belanda, Jawa, dan Tionghoa). Rumah ini juga menjadi saksi hidup Martha Tilaar kecil hingga usia 10 tahun.
Roemah Martha Tilaar yang berada di Jl. Sempor Lama, Gombong ini dulunya merupakan kandang sapi yang di bagian belakangnya ada tempat produksi susu. Di dalam rumah dapat ditemukan silsilah keluarga Liem Siauw Lam, lantai keramik bermotif, foto-foto keluarga Martha Tilaar, tempat tidur, lemari rias, hingga kamar tidur yang sejak dulu sampai sekarang masih bertahan keasliannya.
Sebelum masuk ke dalam RMT dan menunggu guide yang akan menjelaskan sejarahnya, kami sarapan dulu dengan Nasi Kendhil dan Teh Jahe Sereh. Namanya Jawa ga jauh yaa dari jamu-jamu. Aku sukakk!
Kenapa coba namanya nasi kendhil? Soalnya lauknya disimpan di dalam kendhil, lauknya ada sayur nangka, tempe orek, ditambah juga tempe mendoan, nasinya kalo di Bandung mirip nasi kucing, tapi lebih banyak kalo di Bandung nasi kucingnya beneran dikit wkwk ditambah juga dengen peyek jawa yang asin gurih hampang (ringan) maknyoos. Tebak segini kalo beli harganya berapa? Cuma 5k waww, murah amatt yaa kalo di Bandung ga akan dapet sii.. dan kalo mau tambah mendoannya biasanya cukup tambah 1.500. Kalo kalian ke RMT jangan salah sangka mereka jual nasi kendhil ini yaa.. mereka ga jual nasinya, ini waktu itu dapet include dari SHI hehehe.
Nah kalo teh sereh jahenya disuguhin dari RMT, tapi ga tau ya kalo buat umum.. cuma katanya segera dijual di kedai RMT, yap disana juga ada kedai/toko RMT produknya ada macam-macam jamu, oleh-oleh gombong misalnya lanting, buku/flyer sejarah gombong, dan tentu produk-produk kecantikan Martha Tilaar.
Lanjut masuk ke dalam rumah, di lorong utama banyak foto-foto Martha Tilaar & keluarga, bahkan ada papan silsilah keluarganya, tapi ga sempet aku foto.. jadilah hanya foto ini yang sempat aku potret, maafkan karena emang agak burem, tolong dimaklum yaa🙈
Fokus pada no 11, atau kalo masih ga keliatan, silahkan di zoom ya... wanita no 11 di foto itu adalah bu Martha kecil. Nama asli beliau adalah Martha Handana, merupakan anak pertama dari 3 bersaudara diantaranya Martha Handana, Ratna Handana, dan Bambang Handana. Lalu kenapa dari nama Handana menjadi Tilaar? Jadi, Tilaar itu diambil dari nama suaminya bu Martha, yaitu Dr. Henry Alex Rudolf Tilaar. Mereka dikaruniai 4 orang anak yaitu, Wulan Tilaar, Kilala Tilaar, Bryan Emil Tilaar, dan Pinkan Tilaar. Ini foto keluarga bu Martha terbaru bersama anak-anak dan cucu-cucunya.

Kalo foto sebelumnya agak ngeblur, mon maap nih yang ini ngeblur banget😶 foto ngeblur gini tandanya sih kalian harus kunjungan langsung yaa ke RMT wkwk bisa dikunjungi oleh masyarakat/wisatawan kok, alias terbuka untuk umum, tiket masuknya 15k aja buka dari hari Selasa-Minggu ya.. Katanya yang main kesini juga ga selalu yang nyari/seneng sejarah kok, banyak juga yang dateng cuma untuk foto-foto aja.. Dan kalo kalian mau nginep disini juga bisa yaa, ada 2 kamar yang bisa disewakan harganya 350k/malam udah plus sarapan. Cuma di RMT ini tuh karena masih khas rumah dulu, jadi kamar mandinya ga ada di dalam ruangan, melainkan ada di bagian belakang rumah.
Sempat pula ku tanya pada mba Alona (salah satu pengelola RMT), "mba keluarga bu Martha ada yang masih di Jawa juga?", katanya "kalo kerabat masih ada, tapi untuk keluarga inti bu Martha sendiri sudah di Jakarta mengelola bisnis kecantikannya".
Sumpah yaa makin diliat lagi tuh makin-makin pengen punya rumah gini, lantainya cantik bangett, jendelanya, kursi-lemarinya, MasyaAllah.. ditambah lagi ada piring-piring antik dipajang mencirikan banget rumah mewah. Ada banget foto narsis aku di lemari kaca di salah satu kamar RMT, nih deh🙈
Liat lemari belakang aku, cantik banget tolonggg hwaaa mamahh mau punya lemari gituu😭
Ohiya hampir lupaa, untuk ilmu perjamuan, obat-obatan kecantikan, ibu Martha dapatkan sendiri dari nenek ibunya, yaitu Makco yang hidup hingga usia 108 tahun. Di RMT juga ditanami berbagai tumbuhan-tumbuhan herbal, katanya jadi tanaman keluarga juga yang ada sejak dulu hingga sekarang.
Keren dan cerdas ya bu Martha, atas kegigihan dan keuletannya belajar obat-obatan dari MakCo, sekarang ia mampu mencetuskan beragam merk kecantikan. Kalo liat keterbatasan orang-orang dulu, ya kaya teknologi ga sehebat sekarang, atau bahkan masih serba tradisional tapi mampu ulik-ulik yang menjadikan inovasi, membuktikan bahwa keterbatasan ga jadi penghalang. Semangatt kitaa semuaa!
Selesai sudah perjalanan di RMT, lanjut kita ngengg ke...
Pabrik Rokok Sintren
Jl. Puring No. 25 Gombong
Didirikan oleh pasangan suami istri The Tjoan (Agus Subianto) dan Tjo Goe Nio (Setiawati) Tahun 1950.
Saat kesini bener-bener ini mah ya cowok-cowok perokok kalian harus tau kalo penggunaan rokok jaman dulu dan jaman sekarang banyak banget bedanya dari penggunaan, bahan, dll.
Rokok Sintren ini meski termasuk rokok lintingan tapi bukan termasuk rokok kretek, coba kenapa? jujur aku juga baru tau kretek itu maksudnya apa..
Ya jadi karena dari segi bahan rokok sintren ini ga pake cengkeh, karena yang bikin rokok kretek itu karena ada cengkehnya (kriuk cengkeh). Rokok sintren ini murni hanya terbuat dari 3 bahan, yaitu tembakau, kemenyan, dan kelembak.
Ada yang nanya, "kenapa pake kemenyan?" soalnya yang kita tau kemenyan tuh horror gitu ya.. takutnya udah ngerokok malah mengundang, amitt-amit ihh...
Katanya, "kemenyan itu gunanya sebagai anti kanker"
Muncullah pertanyaanku, "Rokok tuh kan bahaya ya? tapi katanya anti kanker jadi gimana sebenernya?"
Penasaran gimana jawabannya?
Gini nih, aku simpulkan yaa..
"Jadi rokok jaman dulu tuh bener-bener penggunaannya di waktu-waktu tertentu, misalnya nih beres kerja/disela-sela waktu istirahat kerja, terus ada batas maksimal juga misalnya sehari cuma boleh 2 batang aja (bukan 2 bungkus)"
Beda lah ya sama orang-orang sekarang, yang kalo ngerokok ga ada batas waktu terus banyak juga yang sehari ga matok berapa batang rokok, ada yang sanggup sampe sebungkus dalam sehari, ya bebas aja sii asal ngerokoknya ga dimana aja (tau tempat), dan jantung, ginjal juga punya kamu sendiri kok. Sebenernya kecanduan rokok ini juga akibat dari hadirnya berbagai rasa rokok di jaman sekarang.
1 bungkus rokok jaman sekarang isi berapa batang sih? 12 ada? atau 10?
Kalo dulu, rokok sintren ini per satu bungkus isinya cuma 5 batang untuk 2-3 hari ya..
Para pekerja di rokok sintren ini juga, dulunya waktu masih mudah dikasih jatah sama perusahaan max 2 batang rokok, tapi kalo sekarang karena udah tua jadi ga ada lagi subsidi rokok, harus tau penggunaan rokok juga harus inget umur.. ohiya para pegawai disini juga kerjanya ga 5-10 tahun, tapi lebih dari itu ada yang dari umur 13 tahun udah kerja disana, jadi kalo dihitung rata-rata pegawai disana udah kerja 20-30 tahunan, kereeen! Dan untuk para pelinting rokok disana hanya mempekerjakan para wanita, karena dianggap wanita lebih gigih dan teliti dalam pekerjannya, jadi untuk laki-laki ditempatkan dalam posisi angkat-angkut barang.
Di bagian kiri, ada pegawai laki-laki, yang tugasnya memotong kertas, keliatannya pake mesin yaa? tapi sungguh pengerjaannya masih manual, jadi mesinnya cuma mesin potong, tapi ga otomatis, harus diarahkan dan didorong oleh bapaknya. Jadi tetep pake tenaga manusia yaa..
Di bagian kanan, beberapa anggota SHI ada yang mencoba melinting rokok, kalo liat para ibu-ibu pekerja berasa mudah, pas dicoba sendiri katanya syusahh bangett, tapi kalo sering dilakukan pasti bisa kaya ibu-ibunya, kuncinya learning by doing, dan pelajarannya jangan suka meremehkan pekerjaan orang, misalnya "ah cuma gitu doang", sini deh cobain sendiri👿
Ini dia tembakau, salah satu bahan dari rokok sintren. Tembakau ini termasuk yang udah digiling jadi bentuknya udah bubuk yaa, tembakau bubuk ini butuh di fermentasi dulu, dengan 4 tahun disimpan, waw lama ya.. baru deh bisa dipakai. Btw, aroma tembakau ini masih ada harum-harumnya, masih bisa nahan aromanya..
Lanjut ke kemenyan,
Kemenyan juga ini udah digiling menjadi halus ya, tapi tolong banget ini mah aromanya menyengat sekali, ga kuat, alhasil hanya foto ini yang sempat difoto di dalem gudang kemenyan👍
Lalu, kelembak..
Dari Sintren, lanjut ke Benteng Van Der Wijck Gombong
to be continued...
Komentar
Posting Komentar